5 April 2010

Diambil dari catatan facebook Syamsu Rahim Walikota Solok Penjelasan Singkat Tentang "Kesesatan Saya" Oleh Oknum2 Tertentu Bagikan

Jum pukul 14:28

Sehubungan dengan telah banyaknya beredar selebaran dan juga pemberitaan dari beberapa media massa tentang keterlibatan saya yang oleh beberapa media dan selebaran tersebut, bahwa saya telah di vonis melakukan penyebaran ajaran Islam yang “sesat” di kota Solok, maka dalam hal ini perlu rasanya saya memberi penjelasan/klarifikasi terhadap opini yg berkembang tersebut, bahwa:

1. Pengajian yang saya lakukan di rumah jabatan saya merupakan implementasi dari salah satu misi saya dalam mejalankan pemerintahan di kota Solok.

Dalam hal ini pengajian rutin terbuka yang melibatkan semua stakeholder, baik seluruh jajaran dalam lingkup pemerintahan daerah kota Solok, maupun dari instansi vertical, KODIM, POLRESTA, MUI Kota Solok, KAJARI, masyarakat umum dan lain-lain, selalu mengundang ustad atapun ulama secara bergantian. Pengajian ini rutin kami selenggarakan secara bergantian dirumah jabatan saya dan rumah jabatan wakil walikota. Jadi tidak benar pengajian ini bersifat eksklusif dan tertutup, dan penceramahnya bukan hanya Syaiful Karim semata, tetapi bergantian yang diatur oleh Bagian Kesra Setda Kota Solok. Ustad Syaiful Karim hanya datang 3 bulan sekali dan biasanya kedatangan beliau kami manfaatkan untuk tabligh akbar ke berbagai daerah, diantaranya ke Sulit Air, Kacang, Makodim dan berbagai daerah lainnya. Dan ternyata sambutan masyarakat sangat luar biasa, karena Syaiful Karim lebih banyak memberikan tausyiah dengan cara mentadabburkan Al Quran. Artinya al Quran bukan hanya dibaca, dihafal, tetapi lebih banyak kepada pengajian Al Quran secara hakikat dan ma’rifat. Selama ini kita hanya terpaku kepada pengajian secara syariat saja, sehingga kita terjebak dengan cara membaca dan menafsirkan Al Quran secara harfiah, textbook. Tetapi dengan Syaiful Karim, kita diajak mengembara kealam sprituil dengan mengkaji makna hakiki dari maksud ayat perayat yang sangat indah dan luar biasa maknanya.

2. Mengenai buku Syaiful Karim yang berjudul Bertamu di Rumahnya.

Buku tersebut merupakan pengalaman rohani/spiritual yang dia tuliskan. Sebagai seorang akademisi, Syaiful Karim merasa perlu menuliskan pengalaman rohaninya tersebut dalam bentuk sebuah tulisan dan tulisan dalam bentuk buku ini bukanlah sebuah ajaran, perlu saya tegaskan lagi buku tersebut bukanlah ajaran atau buku pegangan layaknya kitab suci yang harus ditaati, tetapi hanya berupa refleksi dari pengalaman rohani beliau dalam mengharungi ranah spirituilnya. Buku tersebut terbatas, tidak diperjualbelikan secara bebas. Persoalan percaya atau tidak dengan apa yang beliau rasakan, adalah urusan kita masing-masing untuk menanggapinya.
Kalau memang mau berdiskusi atau bedah buku Syaiful Karim, saya telah menyarankan dan bahkan Syaiful Karim telah wellcome agar dia diundang, karena secara etika akademik, kalau kita mau membedah buku seseorang, haruslah minta izin terlebih dahulu dan menghadirkan yang menulis buku tersebut. Syaiful Karim sangat sedih, karena buku yang dia tulis dianggap menyesatkan, padahal di berbagai perguruan tinggi di daerah Jawa bahkan luar negeri telah dilakukan bedah buku beliau tersebut secara objektif, bernuansa akademik, bukan bernuansa politis seperti sekarang ini. Kalau tidak dihadirkan, itu namanya pelecehan terhadap standar-standar akademik yang ada.
Hal ini disampaikan oleh Syaiful Karim kepada seluruh wartawan pada waktu tabligh akbar dalam rangka Maulud Nabi Muhammad SAW yang dihadiri lebih kurang 2500 ummat Islam di Makodim Solok. Ternyata, ajakan dari Syaiful Karim agar dilakukan dialog yang cerdas dan diskusi akademik dengan orang-orang tersebut sampai sekarang tidak ada respon dari mereka yang menyatakan buku dan ajaran Syaiful Karim tersebut sesat dan bahkan mereka berencana lagi untuk mengadakan bedah buku dimaksud di Mesjid Salayo. Saya mengutip kata-kata Syaiful Karim: “buku saya tersebut adalah merupakan pengalaman rohani saya sendiri, boleh percaya boleh tidak dan hal ini tidak perlu diperdebatkan, karena tidak bisa diperdebatkan, karena pengalaman seseorang dalam mengharungi dunia ruhaniah tidak akan sama. Ibaratnya mimpi, sampai kapanpun memperdebatkan mimpi seseorang, tidak akan pernah ketemu, karena mimpi merupakan pengalaman seseorang yang tidak perlu diperdebatkan, boleh percaya boleh tidak.”
Disamping itu, yang beredar ditengah-tengah masyarakat adalah foto copyan, yang secara formal belum tentu dipertanggungjawabkan kebenarannya dan hal ini telah melanggar kode etik keilmuan dan perundang-undangan tentang HAKI.

3. Siapa Yang Meributkan Ajaran Syaiful Karim?

Pertanyaan saya, siapa yang resah dan ribut? Kenapa baru sekarang diributkan? Padahal Syaiful Karim telah lebih dari 3 (tiga) tahun secara rutin memberikan tausyiahnya kepada kami dan tidak pernah ada masalah. Ternyata setelah kami cek dan ricek ke lapangan, ternyata yang meributkan hanyalah beberapa orang oknum yang mengatasnamakan MUI yang diperalat oleh salah seorang calon Bupati Solok yang ujung-ujungnya adalah merupakan salah satu upaya black campaigne terhadap saya. Anehnya, MUI Kota Solok yang merupakan tempat saya melaksanakan pengajian malah ikut dalam pengajian tersebut dan bahkan telah beberapa kali Ketua MUI Kota Solok memberikan pernyataan di media massa yang netral bahwa pengajian tersebut tidak ada yang sesat.
Bahkan diberbagai tempat setelah memberikan tausyiahnya, Syaiful Karim justru di daulat masyarakat untuk dapat memberikan pengajian lagi di tempat mereka.
Yang paling aneh adalah, mereka yang tidak pernah mengikuti pengajian, tetapi telah dengan susah payah menyatakan atau memvonis bahwa pengajian Syaiful Karim itu sesat. Padahal Al Quran telah menyatakan, bahwa yang berhak mengatakan seseorang itu sesat adalah Allah.
Guna meluruskan hal tersebut, saya telah berulang kali mengundang pihak-pihak terkait (terutama kelompok yg mengatakan pengajian itu sesat), kiranya berkenan hadir dan berdiskusi tentang berbagai hal yang menurut "mereka tidak sesuai dengan pendapatnya itu. Bahkan pernah saya undang resmi di Mesjid Agung pada tahun 2008 dengan menghadirkan Syaiful Karim, tetapi mereka tidak pernah datang dan hanya bisa menghujat dan mengklaim bahwa dialah yang benar.
Lalu urusannya apa? Kok yang meributkan oknum MUI di Kab Solok, MUI Kota Solok malah tidak mempermasalahkan nya.
Silahkan lihat di Facebook saya, betapa banyaknya masyarakat mengutuk cara-cara yang tidak elegan tersebut dan alhamdulillah semua facebooker mendukung saya dan memberikan semangat agar saya jangan terpengaruh dan tetap sabar menanggapi itu semua.
Selama ini saya memang diam mendengar, melihat dan membaca semua cara-cara tidak terpuji tersebut yang disebarkan melalui media massa dan selebaran-selebaran. Menurut saya, itu bukanlah tindakan cerdas dan simpatik dari kandidat tersebut, karena saya menilai bahwa rakyat telah cerdas dan tidak mau lagi di agitasi, diobok-obok dan diintimidasi dengan cara-cara yang murahan tersebut.
Dan saya tahu, beberapa media telah "dipakai" oleh calon Bupati tertentu untuk “menghantam” saya dari berbagai sisi yang ujung-ujungnya adalah berharap terbentuk opini negative tentang saya sehingga rakyat Kabupaten Solok yang merupakan kampung saya, tidak bersimpati lagi. Saya hanya heran, kok beritanya berat sebelah, saya tidak pernah dikonfirmasi dan berita tersebut telah mendahului pengadilan seakan-akan saya telah divonis bersalah oleh media tersebut, menjadi pesakitan dan sangat bejat.
Anehnya, justru dengan hal-hal yang demikian malah menambah simpati rakyat kepada saya, karena merasa saya telah terzalimi dan mereka semua memberikan apresiasi positif, karena saya tidak terpancing untuk melakukan counterattack terhadap isu-isu tersebut. Dalam hal ini sangat terasa aroma politis PILKADAnya, karena diributkan oleh oknum-oknum tertentu dan yang meributkan justru oknum orang-orang Kabupaten Solok.

4. Siapa Yang Berhak Menyatakan Sesat Secara Formil?

Menanggapi beredarnya foto copy dari MUI Sumatera Barat Nomor: 043/U/MUI-SB/III/2010 tanggal 11 Maret 2010 tentang Mohon Pelarangan Buku dan Ajaran Syaiful Karim yang dikirimkan kepada seluruh pengurus Mesjid se Kabupaten Solok (seharusnya foto copy surat ini disebarkan di Kota Solok, tetapi justru disebarkan di Kabupaten Solok), perlu saya jelaskan antara lain, bahwa:
- Menurut saya, bahwa surat tersebut tidak perlu ditanggapi, dan ternyata semua scenario yang terjadi dikemas oleh 3 (tiga) orang saja,.Sesuai ketentuan, yang berhak secara formil melarang peradaran buku itu adalah Kejaksaan Agung, bukan oleh MUI. Mereka bertiga tidak sadar bahwa mereka digunakan oleh oknum calon Bupati tertentu untuk menghujat saya dengan memakai agama sebagai alat untuk menghancurkan kredibiltas saya. Saya mengetahui, bahwa seluruh kegiatan bedah buku di Mesjid Salayo difasilitasi oleh calon Bupati tersebut. Pendukung saya ingin melakukan reaksi, tetapi selalu saya larang, karena kita jangan sampai terjebak dengan pola-pola politik kotor dan hal inilah yang diharapkan oleh oknum tersebut, sehingga ada alasan baru lagi menjatuhkan kredibilitas saya. Saya hanya menyarankan, agar kepada semua simpatisan tetap menjaga stabilitas, tebarkan kesimpatikan ketengah-tengah masyarakat dan jangan terpancing dengan isu-isu menyesatkan tersebut. Saya mengibaratkan (maaf sedikit ekstrim), “kalau kita digigit anjing, jangan pula sampai kita menggigit anjing tersebut”.

5. Apa Latar Belakang Semua Ini?

Secara ringkas, jelas dan ringkas dapat saya katakan, bahwa ini semua terjadi karena saya juga maju sebagai salah satu calon Bupati Solok. Berbagai cara yang murahan, tidak elegan, pembusukan dan pembunuhan karakter dilakukan oleh calon Bupati tertentu untuk menghancurkan kredibilitas saya. Pada saat yang bersamaan, 3 (tiga) orang sutradara yang membuat scenario tersebut mempunyai masalah pribadi dengan saya. Apa permasalahannya? Tak patutlah saya sampaikan disini karena merupakan masalah pribadi yang tak mungkin dipublikasikan dan saya tidak mau berlaku bodoh seperti mereka tersebut. Hal inilah yang ditangkap oleh oknum calon Bupati tersebut, sehingga mereka difasilitasi dan diberi keleluasaan untuk berimprovisasi menghujat saya.

6. Apa Tanggapan Masyarakat Terhadap Isu Tersebut

Secara psikologis, mungkin pertama kali masyarakat akan bingung dan bahkan ada yang terpengaruh. Tetapi setelah saya terlalu sering dihantam dari berbagai pemberitaan (Koran-korannya di cetak oleh beberapa media dan sengaja ditebarkan ditengah-tengah masyarakat dan dibagi-bagikan oleh beberapa oknum-oknum PNS, karena saya melihat sendiri), ternyata kebingungan mereka menuai simpati kepada saya. Saya dianggap telah dizalimi, namun saya tetap diam dan tidak melakukan perlawanan. Buktinya, tiap hari rumah saya selalu dikunjungi oleh elemen masyarakat yang berbeda, mulai dari PNS, Niniak Mamak, alim ulama, bundo kanduang, pemuda, ikatan mahasiswa, serta masih banyak lagi dan bahkan ratusan da’i, ustad dan ulama dari kabupaten Solok dan bahkan dari luar daerah Solok datang menemui saya, dan mereka menyatakan sikap siap jadi relawan guna menjelaskan ke masyarakat tentang kebohongan-kebohongan yang diarahkan kepada saya. Mereka telah berjanji, bahwa semua kezaliman harus ditumpas dan masyarakat jangan diperbodoh dan diperalat serta dibohongi lagi. Alhamdulillah, dukungan bertambah tanpa saya duga-duga, karena mereka tahu mana yang benar dan mana kemunafikan.

Demikianlah semacam klarifikasi pendek saya tentang berbagai hal yang berkembang saat ini, yang kalau saya ceritakan semua akan sangat panjang dan menghabiskan energy yang tidak perlu. Yang terpenting bagi saya sekarang adalah, bagaimana tetap terus berjuang dengan meminta keridhoan dari Allah SWT. Semoga pula, catatan kecil ini dapat memperjelas semuanya dan harapan saya kiranya Allah SWT memberikan yang terbaik untuk Kabupaten Solok. Karena saya maju sebagai calon Bupati Solok bukan semata-mata kemaruk akan jabatan, tetapi lebih mulia dari itu, yaitu bagaimana menjadikan Kabupaten Solok lebih sejahtera dalam segala bidang dan menjadi lebih baik dari sekarang. Pernyataan klise memang, tetapi itulah tekad saya untuk mengembalikan gezah dan pamor kabupaten Solok kearah yang lebih baik lagi.


Wassalam..

Syamsu Rahim

Tidak ada komentar: